ivaa-online.org
PELAKU SENI

Dodok Putra Bangsa

Ia adalah seniman yang aktif dalam mengkritisi situasi ruang publik di Yogyakarta, khususnya mengenai pembangunan mall, hotel, apartemen yang tidak mengindahkan kepentingan publik. Sebagai seniman yang lahir dan besar di Miliran, ia merasakan langsung dampak dari pembangunan yang tidak adil.
Pada tahun 2014 lalu, ia melakukan aksi di depan hotel Fave. Mandi menggunakan pasir menjadi aksi yang ia lakukan untuk mengkritik keberadaan hotel Fave yang menguras air warga. Sumur warga Miliran menjadi kering setelah sekian lama tidak terjadi. Pada tahun 2016, ia juga melakukan aksi terkait problem yang sama. Ia melakukan Jamas Diri, mandi dengan air dari tujuh mata air yang berada di Miliran. Aksi ini dilakukan di depan gedung Balai Kota Timoho. Sebagai sebuah wujud protes dan penyampaian pesan kepada publik, aksi yang dilakukan Dodok ini mengundang perhatian banyak orang.
Sejak tahun 2014, seniman yang lahir pada tahun 1977 ini, sudah aktif bergabung dan berkontribusi dalam gerakan Jogja Ora DiDol (Jogja Tidak Dijual) (sebuah gerakan yang mengkritisi pembangunan Kota Jogja yang hanya mengakomodasi kepentingan komersil. Jogaj Asat (Jogja Kering) juga menjadi aksi yang ia inisiasi, sebagai bagian dari gerakan Jogja Ora DiDol. Banyak pihak yang telah bekerja sama dengan Dodok, baik dari kalangan seniman, akademisi, musisi, hingga warga kampung. Namun, jauh sebelum itu ia sudah terlibat aktif dalam gerakan sejak tahun 1996 hingga 1997 melalui Kaum Jalanan Merdeka di Yogyakarta. Ia bersama rekan-rekannya kala itu berhasil melakukan advokasi KTP bagi anak-anak jalanan.