RJ Katamsi
RJ Katamsi, yang semboyan dalam exlibrisnya adalah ars longa vita brevis itu, lahir di Karangkobar, Banyumas, pada tanggal 7 Januari 1897. Nama lengkapnya, RJ Katamsi Martoraharjo, cucu dari R. Ng. Sastropermadi yang konon berbakat melukis dan kalau benar demikian maka bakat itu menurun kepada cucunya yang sesuai dengan judul di atas adalah pendiri Akademi Seni Rupa Indonesia yang terkenal dengan singkatannya “ASRI” dan yang kini menjelma menjadi Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Anak desa ini memiliki sejarah pendidikan yang menarik Bermula dari H.I.S. (Hollandsch Inlandsche School, Sekolah Dasar Belanda untuk orang-orang Pribumi) di Semarang, Kweekschool (Sekolah Guru Empat Tahun) di Yogyakarta yang kemudian pindah ke sekolah guru Gunung Sahari di Jakarta, dan sesudah itu mendapat kesempatan untuk meneruskan pelajarannya di Negeri Belanda, bersekolah di Academie voor Beeldende Kunsten (Akademi Seni Rupa) di Den Haag dan mendapat ijasah Middelbaar Onderwijs dalam menggambar (MO Tekenan), yang lebih kurang lebih sama dengan ijasah B-II Seni Rupa di Indonesia. Dengan ijasah itulah pada tahun 1922 Katamsi pulang ke Indonesia dan diangkat menjadi guru di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, Sekolah Dasar yang diperluas, setingkat SMP sekarang) dan AMS (Algemene Middelbare School, Sekolah Menengah Umum, setingkat SMA) di Yogyakarta yang terkenal dengan nama AMS/ B dan perlu dicatat bahwa RJ Katamsi adalah orang Indonesia pertama yang dipercaya menjadi direktur AMS ini. Jabatan sebagai direktur AMS/ B tersebut diteruskan sampai jaman Jepang yang sekolahnya berganti nama menjadi Sekolah Menengah Tinggi (SMT).
Pada tahun 1935, masih di masa penjajahan Belanda, RJ Katamsi mendapat tugas untuk membina tukang-tukang ukir perak di Kota Gede, Yogyakarta, khususnya dalam hal penciptaan seni hias atau ornament. Di masa pendudukan Jepang, RJ Katamsi mendapat sampiran tugas dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk juga menjabat sebagai Kepala Museum Sonobudoyo (1942-1950). Di masa itulah RJ Katamsi menyerahkan sebagian koleksi pribadinya yang berharga kepada museum untuk melengkapi koleksinya.
Puncak pengabdian RJ Katamsi untuk Negara dan seni budaya adalah keberhasilannya mendirikan akademi seni yang pertama di Republik Indonesia berkat bantuan para seniman dan budayawan di Yogyakarta. Sebagaimana dimaklumi, pada tahun 1946, bersama dengan pindahnya ibukota Negara dari Jakarta ke yogyakarta, hijrah pula para seniman ke ibukota Republik yang baru, Yogyakarta, yang dulu terkenal dengan nama Ngayogyakarta hadiningrat. Maka berkumpulah di Yogyakarta tokoh-tokoh seniman seperti Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan dan beberapa lainnya. [...] (Dikutip dari tulisan Sudarso SP)
Pelaku Seni | : | RJ Katamsi |
Medium | : | Paper , Watercolor |
Tahun Pembuatan | : | 1920 |
Dimensi Karya | : | 12,8 cm x 8 cm x cm |
Deskripsi | : |
Salah satu karya dalam Pameran Tonggak 70 tahun ASRI |
Pelaku Seni | : | RJ Katamsi |
Medium | : | Paper , Watercolor |
Tahun Pembuatan | : | 1920 |
Dimensi Karya | : | 12,8 cm x 8 cm x cm |
Deskripsi | : |
Salah satu karya dalam Pameran Tonggak 70 tahun ASRI |
Pelaku Seni | : | RJ Katamsi |
Medium | : | Paper , Watercolor |
Tahun Pembuatan | : | 1920 |
Dimensi Karya | : | 12,8 cm x 8 cm x cm |
Deskripsi | : |
Salah satu karya dalam Pameran Tonggak 70 tahun ASRI |
Pelaku Seni | : | RJ Katamsi |
Medium | : | Paper , Watercolor |
Tahun Pembuatan | : | 1920 |
Dimensi Karya | : | 12,8 cm x 8 cm x cm |
Deskripsi | : |
Salah satu karya dalam Pameran Tonggak 70 tahun ASRI |
Pelaku Seni | : | RJ Katamsi |
Medium | : | Paper , Pencil |
Tahun Pembuatan | : | 1922 |
Dimensi Karya | : | 54 cm x 35 cm x cm |
Deskripsi | : |
Salah satu karya dalam Pameran Tonggak 70 tahun ASRI |
Pelaku Seni | : | RJ Katamsi |
Medium | : | Paper , Pencil |
Tahun Pembuatan | : | 1949 |
Dimensi Karya | : | cm x 62 cm x 49 cm |
Deskripsi | : |
Karya Drawing RJ Katamsi ini tampaknya ingin memadukan dengan serasi beragam karakter masing-masing objek dalam satu bidang kertas. Dan ia tampaknya cukup berhasil. Kursi dan alat musik dari bahan kayu ini jauh beda karakternya dengan botol berbahan beling, dengan kain, ataupun kap lampu, dan tidaklah sama dengan dandang dari logam yang ada di sisi kanan bawah. sumber: Perjalanan Seni Lukis Indonesia. Jakarta. 2004. Hal. 31 |
Indonesian Visual Art Archive is licensed under a Creative Commons BY-NC Unported License
• Powered by OntelStudio
Indonesian Visual Art Archive |
|
Jalan Ireda Gang Hiperkes MG I-188 A/B, Kampung Dipowinatan, Keparakan, Yogyakarta 55152 | |
+62 274 375 262 | |
webmaster[at]ivaa-online.org |
Indonesian Visual Art Archive is licensed under a Creative Commons BY-NC Unported License
• Powered by OntelStudio