Dari sekian banyak koleksi yang ada di museum ini, barangkali hanya koleksi seni rupa yang belum dikenal masyarakat umum, karena selama ini koleksi itu selalu tersimpan di ruang khusus. Namun kini koleksi itu sudah dipamerkan untuk umum, yang pembukaannya dilakukan oleh Dirjen Kebudayaan Depdikbud, Drs GBPH Poeger, 4 Maret 1991.

Kehadiran koleksi seni rupa di museum ini tentu dapat merupakan suatu sarana yang baik di tengah keterbatasan museum seni di Indonesia. Selain itu, koleksi ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi pengamat dan apresiator seni yang dewasa ini telah banyak menunjukkan aktualitasnya.

Karya seni rupa

Bila mengacu pada pengertian seni rupa secara umum, yang di dalamnya tercakup seni rupa prasejarah (primitif) dan seni rupa tradisional, di Museum Nasional hal ini dapat dilihat dan dipelajari sebagai mata rantai hasil kebudayaan yang berkaitan dengan strata, adat istiadat dan pola hidup masyarakat pendukungnya.

Misalnya, wayang, topeng, batik, keris, keramik, perlengkapan upacara atau alat-alat rumah tangga, dan sebagainya.

Namun karena sifat dan fungsinya cenderung bertalian dengan sistem kehidupan masyarakat secara langsung, maka koleksi itu direlevansikan ke dalam koleksi lain. Sedangkan yang dimaksud koleksi seni rupa di Museum Nasional, adalah koleksi seni rupa murni (pure art), berupa lukisan dan patung.

Usaha koleksi lukisan di Museum Nasional dimulai sejak zaman Belanda dan setelah kemerdekaan. Koleksi-koleksi diusahakan berkembang melalui pembelian, penerimaan hibah atau hadiah. Museum Nasional pernah menerima hibah sejumlah lukisan koleksi Wisma Seni atau dari pelukis tertentu. Hingga kini, koleksi seluruhnya sekitar 500 buah, terdiri dari berbagai media dan teknik pengerjaan.